Barru, kataandoolo.com – Ada yang lebih bermakna dari sekadar menurunkan batu ke tanah. Di halaman kampus Universitas Muhammadiyah Barru (UNMUH Barru), Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari, melakukannya bukan sebagai rutinitas birokratis, melainkan sebagai penanda: pendidikan tinggi di Barru sedang bertransformasi. Tak lagi sekadar hadir, tapi hendak berperan lebih besar.
Dalam balutan suasana akademik yang bersahaja namun sarat simbolisme, peletakan batu pertama Gedung Rektorat UNMUH Barru menjadi semacam ikrar bersama—antara pemerintah daerah dan institusi pendidikan—untuk membangun peradaban berbasis ilmu, karakter, dan kolaborasi. Gedung yang kelak berdiri bukan hanya fisik, melainkan juga harapan: bahwa sebuah universitas di daerah pun layak bermimpi besar, bermisi luas.
Bupati Andi Ina, yang juga memberi kuliah umum di hadapan civitas akademika, tidak bicara dalam gaya seremoni yang membosankan. Ia mengurai dengan jernih arah kebijakan pemerintah daerah—yakni menempatkan kampus sebagai poros pengungkit kualitas sumber daya manusia. Bukan sekadar tempat kuliah dan gelar, tapi sebagai laboratorium gagasan, jejaring, dan keterampilan.
“Jangan hanya membangun gedung, tapi juga membangun kapabilitas,” tandasnya, disambut anggukan para dosen dan mahasiswa. Pernyataan itu sederhana, tetapi dalam konteks pendidikan daerah, ia terdengar seperti mandat.
Andi Ina menekankan pentingnya interlink antara dunia akademik dan industri lokal. Ia mendorong kampus seperti UNMUH Barru agar tidak jalan sendiri, tapi merapat ke denyut kebutuhan daerah: melalui riset terapan, pembukaan program studi strategis, dan pemberian beasiswa berbasis merit dan kebutuhan sosial. Di sinilah fungsi kampus sebagai lokomotif perubahan benar-benar diuji.
Peletakan batu pertama ini menjadi satu fragmen dari puzzle besar: menata kembali pendidikan tinggi di wilayah yang sebelumnya terkesan pinggiran. UNMUH Barru, yang kini berstatus universitas, ingin meninggalkan imej sebagai perguruan tinggi kecil. Langkah awal ini menjadi bagian dari strategi kolektif bersama LLDIKTI Wilayah IX: dari penguatan sumber daya dosen, penyediaan fasilitas laboratorium, hingga upaya menjadikan Barru sebagai simpul intelektual baru di jazirah barat Sulawesi Selatan.
Hadir dalam momen ini sejumlah akademisi senior, jajaran rektorat, hingga perwakilan LLDIKTI. Namun di balik wajah-wajah formal itu, ada harapan kolektif yang terasa tulus: membangun kampus yang bukan hanya megah secara fisik, tapi juga tangguh secara pemikiran. Rektor UNMUH Barru menegaskan, kehadiran gedung baru adalah jalan untuk meluaskan mutu, memperbaiki tata kelola, dan membuka peluang kesejahteraan mahasiswa.
Kini UNMUH Barru berdiri di ambang fase baru—dari kampus yang bertumbuh, menjadi kampus yang membentuk. Dari tempat kuliah, menjadi pusat perubahan. Dan semua itu, dimulai dari sebuah batu yang diturunkan dengan sepenuh keyakinan. (*)
Tidak ada komentar