IAI Rawa Aopa dan UMT Rangkul Kolaborasi: Mengurai Masalah Pesisir dengan Ilmu dan Empati

katasulsel@gmail.com
15 Jul 2025 02:10
Headline News 0 25
2 menit membaca

Terengganu, Malaysia — Sebuah jabat tangan akademik lintas Selat Malaka segera terwujud. Institut Agama Islam (IAI) Rawa Aopa dari Indonesia menegaskan niatnya menggandeng Universiti Malaysia Terengganu (UMT) dalam kerjasama strategis yang dirancang bukan hanya di atas meja rapat, tapi menyentuh garis pantai dan denyut kehidupan masyarakatnya.

Disampaikan langsung oleh Ismail Suardi Wekke, inisiatif ini bukan basa-basi seremoni, tapi lahir dari keprihatinan bersama: kerapuhan komunitas pesisir dalam menghadapi tekanan ekologis, ekonomi, dan perubahan iklim.

“Pesisir bukan hanya daratan yang bersentuhan dengan laut,” ungkap Ismail. “Ia adalah ruang hidup. Tempat nilai-nilai budaya, ekonomi, dan agama berpadu. Maka pendekatannya pun harus holistik, interkonektif, dan empatik.”

Kolaborasi ini membuka peluang:

  • Riset lintas negara tentang dampak kenaikan muka air laut, intrusi salinitas, hingga disrupsi mata pencaharian.
  • Program magang dan studi lapangan bagi mahasiswa, yang mempertemukan sains laut dan sosial-teologi dalam satu tarikan napas.
  • Penanaman nilai resiliensi berbasis agama, di mana pemberdayaan tak sekadar teknokratis, melainkan juga menyentuh spiritualitas dan etika lokal.

UMT, dengan kekuatan laboratorium kelautannya, dan IAI Rawa Aopa, dengan pengalaman meresapi denyut komunitas nelayan, akan berbagi metodologi, data lapangan, serta kerangka konseptual. Harapannya, ini bisa melahirkan pendekatan baru dalam coastal community development, yang menyatukan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) dan pengetahuan sehari-hari (local wisdom).

Tak kalah penting, kerjasama ini membidik kuliah tamu internasional, joint-publishing, dan lokakarya lintas budaya, yang menjembatani pengalaman Indonesia-Malaysia dalam tata kelola pesisir berbasis nilai.

Proposal lengkap sedang dalam tahap finalisasi, dan diharapkan dapat menjadi contoh kolaborasi ASEAN yang bukan hanya elitis di ruang seminar, tapi juga menyapa warga pesisir yang memerlukan solusi nyata.

“Bersama, kita ingin menulis ulang narasi pembangunan pesisir: dari pinggiran ke panggung utama,” tegas Ismail. “Dengan ilmu, dengan hati.” (*)

Editor: Edy Basri

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x
x