Dari Konawe Selatan Menuju Stanford: IAI Rawa Aopa Bangun Jembatan Akademik Internasional

katasulsel@gmail.com
25 Jul 2025 03:17
3 menit membaca

Konawe Selatan, kataandoolo.com — Sebuah lembaran baru dalam sejarah pendidikan tinggi di Sulawesi Tenggara sedang ditulis dengan pelan namun pasti. Institut Agama Islam (IAI) Rawa Aopa tengah mempersiapkan perhelatan akademik yang jarang terjadi di tingkat lokal: kuliah umum bersama seorang peneliti dari Stanford University, Amerika Serikat. Bukan sekadar forum ilmiah biasa, kegiatan ini disiapkan sebagai awal dari upaya membangun jejaring riset lintas negara, lintas disiplin, dan lintas paradigma.

Langkah ini bukan sekadar pencapaian administratif, melainkan representasi dari visi intelektual yang terbuka dan progresif. Stanford University, yang selama ini berada di puncak ekosistem riset dunia, akan hadir dalam ruang akademik IAI Rawa Aopa—sebuah kampus yang tumbuh dari jantung Konawe Selatan, dengan semangat meretas batas dan mematahkan stereotip geografis dalam dunia pendidikan tinggi.

Ismail Suardi Wekke, Rektor IAI Rawa Aopa, menyebut bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rintisan kolaborasi ilmiah yang lebih besar. “Sehingga dengan kuliah bersama, bisa menjadi awal bagi pelaksanaan penelitian kolaboratif,” ujar Ismail, yang menyelesaikan studi doktoralnya di Universiti Kebangsaan Malaysia. Baginya, inisiatif ini adalah permulaan dari ruang-ruang perjumpaan intelektual yang lebih luas dan bermakna.

Yang membuat pertemuan ini penting bukan hanya karena siapa yang diundang, melainkan karena siapa yang mengundang. Sebuah kampus keagamaan di wilayah timur Indonesia yang membangun jembatan akademik ke lembaga riset global adalah narasi langka yang layak mendapat perhatian. Ini bukan kisah tentang mengejar popularitas, melainkan tentang menempatkan perguruan tinggi daerah dalam orbit pemikiran global.

Kuliah umum yang tengah disiapkan akan membahas topik-topik strategis dalam format yang inklusif—memecah tembok jargon akademik agar menjadi pemantik diskusi lintas lapisan, dari mahasiswa hingga dosen, dari pengamat hingga praktisi. Dengan pendekatan ini, IAI Rawa Aopa tampaknya tidak sedang mengejar formalitas, melainkan tengah merancang satu ruang akademik yang terbuka dan berdaya transformasi.

Hingga saat ini, belum diumumkan secara resmi tema dan tanggal pelaksanaan kuliah umum. Namun sinyal antusiasme sudah terasa kuat. Tidak sedikit yang melihat momentum ini sebagai peluang memperluas cakrawala berpikir dan, yang lebih penting, menumbuhkan keberanian untuk bermitra sejajar dengan lembaga-lembaga dunia.

Dalam lanskap akademik nasional yang kerap tersentralisasi di kota-kota besar, langkah IAI Rawa Aopa ibarat hembusan angin segar. Ia menunjukkan bahwa pusat-pusat kecemerlangan akademik dapat tumbuh dari pinggiran, selama ada niat serius, kepemimpinan yang visioner, dan komitmen terhadap kolaborasi.

Kelak, bila kegiatan ini berhasil digelar, ia akan dikenang bukan hanya sebagai kuliah umum semata. Ia akan dikenang sebagai pintu pembuka: sebuah titik tolak untuk memproyeksikan IAI Rawa Aopa ke panggung global, sekaligus mengundang dunia untuk datang dan belajar dari Sulawesi Tenggara.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x
x