AI, Peradaban, dan Kampus Islam: Ketika APTIKIS Bicara dari Jantung Pahang

kataandoolo
5 Agu 2025 10:52
2 menit membaca

PAHANG,Kataandoolo.com — Ada yang berbeda dari suasana Dewan Aqua Crystal pagi itu. Aula megah di jantung kampus Universiti College of Yayasan Pahang (UCYP) tak hanya dipenuhi para ilmuwan, melainkan juga ide-ide besar yang menyelinap dari balik orasi, diskusi, dan senyum antar-negara.

Selasa, 5 Agustus 2025, menjadi momentum penting bagi APTIKIS (Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta) yang membawa delegasi dari 14 perguruan tinggi di Indonesia. Mereka hadir bukan sekadar mengisi daftar peserta dalam simposium “Southeast Asia Symposium in AI Powered Pedagogy”, melainkan membawa misi: meletakkan dasar peradaban Islam dalam bingkai kecerdasan buatan.

Di tengah forum itu, Dr. H. Maslim Halimin, M.M., Ketua Umum DPP APTIKIS, berdiri sebagai keynote speaker. Namun orasinya jauh dari sekadar akademik. Ia membuka mata hadirin dengan pernyataan sederhana namun dalam: “AI dapat menjadi alat kreatif, sekaligus ancaman. Tergantung siapa yang menggenggam kendalinya.

“Pernyataan itu menciptakan resonansi di ruang simposium. Bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal arah. Di mana letak manusia dalam pusaran algoritma? Di mana ruh pendidikan ketika semua bisa diajarkan mesin?

Dr. Maslim tidak berdiri sendiri. Ismail Suardi Wekke, Dewan Pakar APTIKIS yang juga hadir sebagai narasumber, memperkuat narasi etis tersebut. “AI adalah alat, bukan guru. Maka tugas kita bukan hanya menguasainya, tapi membimbingnya dengan nilai,” ujarnya.

Tak bisa dipungkiri, AI telah menjadi medan perebutan baru dalam dunia pendidikan. Namun APTIKIS datang dengan pendekatan yang tidak reaktif. Mereka membawa pendekatan teo-teknologi — teknologi yang dibimbing oleh nilai-nilai tauhid dan keberadaban Islam. Bagi APTIKIS, masa depan bukan hanya soal akselerasi, tapi juga soal makna.

Lebih dari itu, simposium ini juga menjadi panggung kerja sama strategis. Dalam pertemuan bilateral dengan pihak UCYP, APTIKIS menjajaki kolaborasi riset, pertukaran dosen, hingga pengembangan kurikulum bersama. Bagi Dr. Maslim, forum ini hanyalah awal dari perjalanan panjang membangun jaringan kampus Islam global yang tangguh, adaptif, dan bernilai.

“Saya percaya, dari Pahang inilah kita bisa menyalakan obor baru pendidikan Islam. Bukan hanya untuk Indonesia, tapi untuk Asia Tenggara,” ungkapnya usai pertemuan tertutup dengan Rektor UCYP.

Simposium ini bukan hanya ajang bertukar makalah. Ia telah menjadi titik temu antara semangat akademik dan kesadaran spiritual, antara kecanggihan teknologi dan kearifan nilai. Ketika banyak yang terpesona pada apa yang bisa dilakukan AI, APTIKIS bertanya: untuk apa AI digunakan?

Dan di situlah letak keberanian APTIKIS. Mereka datang dengan gagasan, bukan sekadar gadget. Mereka membawa masa depan, bukan ketertinggalan.

kataandoolo.com adalah media jaringan (Network) dari katasulsel.com

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x
x